Senin, 04 Mei 2015

Ada tiga etika lingkungan, antoposentris, biosentris dan ekosentris...Mungkin sudah banyak buku yang  menjelaskan pengertian tiga etika lingkungan tersebut. Namun sebagai orang jawa saya akan sedikit sharing etika lingkungan yang ada di budaya jawa. yang menunjukkan local genius nenek moyang....
Coba tebak apa makna gunungan wayang ini..hoho.. tahukah teman apa makna lembu di kanan, harimau di kiri... akar pohon dan hewan2 di sekitar pohon tersebut?
Selain makna di gunungan wayang tersebut, ada lagi metode jawa sistem terasering dengan nyabuk gunung, sistem pekarangan jawa yang mendukung agroforesti. Nah, sebenarnya nenek moyang sudah memiliki cara pengolaan lingkungan. nenek moyang membutuhkan waktu "niteni" peristiwa, membuktikan sebab akibat suatu fenomena mirip dengan tingkah ilmuwan yang menguji hipotesa, mengumpulkan data. Nah, inilah yang disebut dengan sains lokal. Di dalam pendidikan, khususnya pendidikan sains, adanya ilmu psikologi kognitif, perkembangan sosial serta sejarah dari manusia sains menimbulkan reformasi tentang pendidikan sains dipandang dari sosial budaya. Pendidikan sains dipandang dari sosial budaya membuat sains terbagi menjadi sains pribadi, sains lokal dan sains formal/ modern.

Bersamaan dengan globalisasi, sistem pengetahuan lokal (sains lokal) yang berwujud konsep, praktik dan tradisional sering dianggap tidak relevan dengan teknologi dan perkembangan zaman akhirnya berasimilasi dan dalam beberapa kasus menghilang (Quigley 2009). Padahal menurut Shizha (2007), sains lokal yang mendapatkan rekognisi penuh menunjukkan sains lokal sebagai bagian dari epistomologi sains.